Rabu, 28 Desember 2016

Menengahi..

Menengahi realita dan imajinasi
Bagai menikmati pundak yang
Dua kali lipat memberat..
Menarilah agar
Tak terlalu tertekan
Si beban-beban
(kasuari atas, setelah telepon panjang dan mellow: des16)

Senin, 26 Desember 2016

Disana

Dengan berbagai keluh
Kesah yang meradang bunuhlah,
Diri sendiri yang bisa
Karena urusannya terletak disana.
(Kasuari atas, pagi Desember 2016)

Minggu, 25 Desember 2016

Nanti iya nanti

Satu kalimat,
Aku baik-baik saja walau bagaimana pun, seperti apa pun.
Sungguh, tak mampu daku bercerita kini,
Lebih kurang begitu.
Maaf maafkan daku meminta,
lagi dan lagi terima kasih,
Atas semua kelakuan ini itu daku tunjukkan.
Pula, kekhawatiran itu janganlah sampai terlalu,
Daku memohon.
Nanti pada saatnya,
Ada tiba masa daku sungguh
Tak punya cara untuk melanjutkan langkah
Tak punya kekuatan untuk tetap menghidupkan kegilaan ini
Tak ada yang benar benar bisa diusahakan lagi,
Daku berhenti..hentahlah.

(Desember akhir, di bus dalam mellow yang kambuh)

Kamis, 15 Desember 2016

Maka..

Maka pertanda yang mampu menenangkan
Maka rasa membuang perkara kegusaran
Maka aku..akan terus berusaha mengamankan
Maka..demikian
Impian butuh langkah yang diringankan
(aulabi, pagi sebelum bedah buku - Desember 2016)

Selasa, 15 November 2016

[novel] MENGURAI RINDU oleh Nang Syamsuddin

Penerbit: Rahima Intermedia Publishing - Bantul, DI Yogyakarta
Cetakan 1: Maret 2012
ISBN : 978-602-98158-5-6
Fisik: 14 x 21 cm; 246 halaman

Perlahan.. Akan daku bagi kisahnya.. *(berlanjut)

Rabu, 09 November 2016

Mereka yang Cukup

Tak cukup lama mata mereka besirobok
Tak cukup waktu mereka bercerita akan hidup yang membawa
Tak juga cukup banyak yang diberi diterima
Tidak.. Itu yang menjadikan mereka
Cukup
Cukup menyirobok rasa
Cukup menghidupkan empati
Cukup membuat hati masing-masing
Sama satu dengan satunya

(mushola PA, maghrib mulai)

Selasa, 01 November 2016

Menapaki bulan

Menapaki bulan yang mengingatkan akan awalan hidup
Untuk si perempuan yang
Harus mendewasakan diri
Menjalani waktu yang
Menyadarkannya akan berubahnya
Orang dan perjalanan waktu yang
Tak teringat aka cepatnya
Atau berlalu bagai keong

(dibawahdikasuari)
Hi November!

Jumat, 28 Oktober 2016

Sayang kita

Ada yang
Disayang
Namun tersayang
Tak terbayang
Kita yang
Saling menyayang
Masih melayang
Di awang-awang
Yah, sayang..
(kasuari di gelap malam)

Sabtu, 15 Oktober 2016

Kamis, 22 September 2016

semisal..

semisal..
kita akan memaki ini itu
tanpa kata tapi mata
akan apa
semisal
yang terjadi antara aku
kamu kita.
(pendopo, menuju siang)

Selasa, 06 September 2016

ku tambat

memuat lagi bara-kobaran yang
tak terasa hangatnya semabuk lampau
hingga seperti risau yang hilang datang
aku nikmati bersama
yakin yang terkadang tak terlalu kokoh
akan Dia yang Maha Segalanya
memasukkan aku ke
apa yang dalam diam aku minta
tanya
sebut lirih
bahwa hanya padaNya
pengaduan tak jelas
ku tambat.

(PusDa, teruslah berpositif)

Sabtu, 27 Agustus 2016

kau tanyai hanya satu dua ku jawab

menemukanku
dengan binar bahagia yang meletup
melihatmu
dengan senyum hangat penyambutan
memikirkan
apa yang kau tanyai hanya satu
dua ku jawab
karena bukan waktu yang tepat
menjalani waktu bersama
titik

(nongkrongdipusda)

Jumat, 26 Agustus 2016

tidak

hai, menyapa tak akan  seperih
luka yang ditetesi lemon.
hai, berdiam untuk mengutuki
kehilangan bara api semangat
tidak mesti!
 (lalalaa)

Kamis, 25 Agustus 2016

dinginnya kekalahan

do'a do'a dirapal bertubi-tubi
seperti hujan
milyaran tetes air tak terhitung bertubi-tubi
pula memeluk mimpi
nan masih lemah keluar
karena tidur lelap
semakin dalam
dengan dinginnya kekalahan.

(kembali di tempat menyendiri favorit, pusdalt2)


Selasa, 23 Agustus 2016

terus terus

sebut ini seninya, gelap tak datang tanpa bagian terang,
selalu ada hikmah menghampiri, berbaik
dalam buruknya rasa yang memeluk
akan sebagai kode,
agar memahami meninggikan syukur,
teruslah bersyukur, terus terus.


Senin, 22 Agustus 2016

mata bukan satu-satunya

putih dan warna-warni yang tak
menyatu
menjadikan ada sekat-sekat kasat
mata bukan satu-satunya
maka lihatlah
pahami kemudian

(pendopolagi)

Jumat, 19 Agustus 2016

kaki hingga kepala

tak perlu banyak kata,
karena itu salah satu juga,
yang bisa jadi lelah,
resah,
pula sakit kaki hingga kepala.

(pendopo, di hari pagi-malam sok sibuk)

Senin, 15 Agustus 2016

tertawa

menjadi cinta bersamaan
lamat-lamat jengah
bisa jadi setara bahagia dan duka
aku bertanya saja diam-diam
apa yang berkuasa dalam rasa

tanpa kita ucapkan lugas

mari tertawa
tak mesti jelas apa makna
hanya untuk kita

(dikasuari7)

Minggu, 14 Agustus 2016

tertawannya hati

bahkan kali ini,
jarak yang membentang panjang pendek,
waktu yang detiknya tak berbeda detak,
masih saja kita tak menjalaninya bersama,
tetap saja menikmatinya buat kita adalah realita.

bahkan hingga kini,
menjalani,
antara kita menjadi perkara pasti,
sebab tertawannya hati.

(setelah hari ini, empat belas hari di bulan ke-delapan)

Jumat, 12 Agustus 2016

bertanya: mau menjadi sesal

berkicau terus tentang setahun pergi di masa depan
terus yang mendengar mematahkan ingin itu
bahwa itu waktu yang lama untuk berpisah
hidup di belahan bumi yang lain pun begitu jauh
namun mau terus menyala disini

lalu, rencana tetek bengek menuju meraih impian
tak semudah mengutarakannya
bahkan ada takut-takut yang menyapa sebenarnya

walau bagaimana pun, satu yang pasti.. berhenti begitu saja akan menjadi sesal yang tak berkesudahan.

(di pendopo, menelusuri rencana)

Rabu, 10 Agustus 2016

Samping ini

tak semua yang mampu dijabarkan tentang ini,
karena timbang itu dan ini,
maka apa yang tak diungkap jadi rahasia disini,
meski tidak diingini,
ada rasa tak baik menjalari,
ada akibat lain yang terjadi tanpa permisi
olehnya tahan dulu sendiri
untuk kini

(0810, pendopo)

Minggu, 03 Juli 2016

lalu?

bukan perkara apa-apa..
hingga tak pasti kata apa yang
pantas untuk merasa tentang muka.
sudah jelas waktunya,
lalu..
apa selanjutnya?
daku bertanya diam-
diam..
dalam diam.

(di sekat warnet, Juli 2016)

Selasa, 22 Maret 2016

atau butuh berarti (?)

pandang lagi masa masa nan
diam ditinggal laju waktu
lalu tanpa apa-apa
diam menjadi arti berlain makna

arti yang bagi dia
berbeda bagi dia yang lain

maka si aku ini
memilih diam lalu
diam-diam bertanya
berarti apakah ini..

(diLantai5, lamaa di Maret'16)


Selasa, 09 Februari 2016

jangan hanya sekedar bangun, lagi!

lubang yang sama
kembali tersuruk diri kesana
merana
memang tak ada daya
apalah lagi kata
ini nyata

bukan yang pertama terjerembab disana
bukan pula pertamanya berusaha kembali tegak
kali ini bangun tak boleh sekedar saja
biarlah yang lalu semena-mena
masa di depan harus luar biasa lah!

(diLantai5, Bulan ke-dua di 2016)

Jumat, 01 Januari 2016

Selamat selamat: lagi



Petuah-petuah itu
Jika ku ulur dari dahulunya sampai detik daku mengetikkan kata-kata ini
Tak hingga
Hingga ku penat pun tak sudah
Mengenggam makna seperti segenggam pasir yang kemudian berserak  dari antara jari
Lalu rasa
Rasa-rasanya tak akan mudah.

Berapa banyak berapa mampu berapa
Pun itu pengantar untuk menjadi lebih tak lemah
Maka selamat datang untuk apapun yang datang
Selamat pergi untuk apapun yang pergi
(diNuri, pagi-pagi hari ke-dua)